Keterpurukan dan jatuh bangunnya suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Francis Fukuyama dalam bukunya Trust menyatakan bahwa kekayaan alam bukanlah segalanya dalam menentukan kemajuan bangsa tetapi kualitas hubungan antar manusia yang baik, kepercayaan, tanggung jawab, bekerja keras adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) yang penting. Para manajer di Amerika Serikat seperti dituliskan George Bogs juga menyebutkan bahwa kualitas karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, kerja keras, adalah hal penting yang menentukan keberhasilan seseorang saat masuk di dunia kerja, sementara kualitas intelektual seseorang hanya menyumbangkan 20 persen keberhasilan seseorang di dunia kerja (Daniel Goleman, 1990).
Menurut Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index atau HDI) dilaporkan bahwa peringkat HDI Indonesia berada di bawah Vietnam pada tahun 2003, 2004 dan 2005. Hal ini merupakan suatu indikator buruknya kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi serta pelayanan sosial pada Bangsa Indonesia, bila dibandingkan dengan negara lain. Data tentang angka korupsi, kolusi dan nepotisme juga memperlihatkan bahwa angka korupsi di Indonesia adalah terburuk ke dua setelah India diantara negara di Asia. Perilaku merusak diri seperti keterlibatan pada narkoba, ketergantungan pada narkoba, minuman keras, judi dan tawuran adalah salah satu indikator lain kegagalan pembentukan karakter.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, akan tetapi dalam kehidupannya kemudian memerlukan proses panjang pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak usia dini. Oleh karena itu pendidikan karakter sebagai usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik, perlu ditanamkan terus sebagai sifat kebaikan anak sejak kecil.
Thomas Lickona menjelaskan bahwa karakter terdiri atas 3 bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling) dan perilaku bermoral (moral behavior). Artinya, manusia yang berkarakter adalah individu yang mengetahui tentang kebaikan (knowing the good), menginginkan dan mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (acting the good).
Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam batang tubun UUD 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan enyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dak ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara sadar bangsa Indonesia membangun pendidikan didasari pada akhlak mulia.
Berdasar pada tujuan tersebut maka pendidikan dalam seluruh jalur dan jenjang seharusnya mengembangkan pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan serta kegiatan dan budaya lembaga PAUD yang kondusif agar anak menjadi cerdas dan berkarakter mulia.
Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan kademiknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara keberhasilan pendidikan karakter, dengan keberhasilan akademik serta perilaku pro-sosial anak, sehingga diperlukan suasana lembaga PAUD yang menyenangkan dan kondusif untuk proses belajar-mengajar yang efektif. Selain itu, anak-anak yang berkarakter baik adalah mereka yang mempunyai kematangan emosi dan spiritual tinggi, dapat mengelola stressnya dengan lebih baik, yang akhirnya dapat meningkatkan kesehatan fisiknya.
Pembentukan karakter atau akhlak mulia dalam membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera, maka nilai-nilai karakter (akhlak mulia) menjadi fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Kesadaran akan pembentukan karakter harus dimulai sejak anak usia dini.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat ditanamkan pada anak usia dini (0-6 tahun), mencakup empat aspek, yaitu: (1) Aspek Spiritual, (2) Aspek Personal/kepribadian, (3) Aspek Sosial, dan (4) Aspek lingkungan.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang melibatkan penanaman pengetahuan, kecintaan dan penanaman perilaku kebaikan yang menjadi sebuah pola/kebiasaan. Pendidikan karakter tidak lepas dari nilai-nilai dasar yang dipandang baik. Pada pendidikan anak usia dini nilai-nilai yang dipandang sangat penting dikenalkan dan diinternalisasikan ke dalam perilaku mereka mencakup : Kecintaan terhadap Tuhan YME; Kejujuran; Disiplin; Toleransi dan cinta damai; Percaya diri; Mandiri; Tolong menolong, kerjasama, dan gotong royong; Hormat dan sopan santun; Tanggung jawab; Kerja keras; Kepemimpinan dan keadilan; Kreatif; Rendah hati; Peduli lingkungan; Cinta bangsa dan tanah air
Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Ada tujuh prinsip pendidikan karakter yang harus dilaksanakan oleh pendidik dan lembaga PAUD, yaitu : Melalui contoh dan keteladanan, Dilakukan secara berkelanjutan, Menyeluruh, terintegrasi dalam seluruh aspek perkembangan, Menciptakan suasana kasih sayang, Aktif memotivasi anak, Melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, serta adanya Adanya penilaian
Kriteria Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Lembaga PAUD
Untuk melaksanakan pendidikan karakter ada beberapa prasyarat yang harus dimiliki seorang guru pendidik karakter yaitu: 1).Pendidik menjadikan dirinya sebagai figur teladan yang berakhlak mulia, antara lain berbuat baik, santun, berprasangka baik, dan memiliki semangat. 2).Pendidik mengutamakan tujuan pengembangan karakter anak didiknya dalam penerapan proses pendidikan. 3).Pendidik senantiasa mengadakan dialog terbuka secara bijak tentang isu-isu moral dengan anak didiknya, tentang bagaimana seharusnya menjalankan hidup, serta menjelaskan apa yang baik dan apa yang buruk. 4).Pendidik menumbuhkan rasa empati anak, yaitu dengan mengajak anak merasakan apa yang dirasakan orang lain. 5).Pendidik mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam berbagai aktivitas pembelajaran. 6).Pendidik menciptakan suasan lingkungan yang mendukung. dan 7).Pendidik membangun serangkaian aktivitas penerapan nilai-nilai karakter di rumah, di lembaga PAUD, dan di masyarakat sekitarnya.
Penerapan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini
Penanaman nilai-nilai karakter diberikan melalui keteladanan, pembiasaan, dan pengulangan dalam kehidupan sehari-hari. Suasana dan lingkungan yang aman dan nyaman, perlu diciptakan dalam proses penanaman nilai-nilai karakter.
Penanaman nilai karakter pada anak bukan hanya sekadar mengharapkan kepatuhan, tetapi harus disadari dan diyakini oleh anak sehingga mereka merasa bahwa nilai tersebut memang benar dan bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya. Dengan demikian mereka termotivasi dari dalam diri untuk menerapkan dan terus memelihara nilai tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Penerapan pendidikan karakter bagi anak usia dini dapat dilakukan melalui berbagai tahapan.
Perencanaan pendidikan karakter dikembangkan dengan memperhatikan berbagai hal diantaranya adalah 1). Mengenal dan memahami anak seutuhnya sesuai dengan tahapan perkembangan dan karakteristiknya, seperti anak sebagai peneliti ulung, aktif gerak, pantang menyerah, maju tak pernah putus asa, terbuka, bersahabat, dan tak membedakan. 2). Nilai-nilai pendidikan karakter diterapkan menyatu dengan kegiatan inti proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara: a).Memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan tema dan judul kegiatan pembelajaran. b). Menentukan indikator perkembangan nilai-nilai karakter, sesuai dengan tahap perkembangan anak. c). Menentukan jenis dan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pelaksanaan nilai-nilai karakter bagi anak usia dini dilakukan melalui kegiatan yang terprogram dan pembiasaan.
- Kegiatan terprogram antara lain adalah Menggali pemahaman anak untuk tiap-tiap nilai karakter. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui bercerita dan dialog yang dipandu oleh guru. Misalnya untuk tema tanaman, guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka tentang karakter yang bertanggung jawab dalam memelihara tanaman. Contoh pertanyaan guru, Mengapa kita harus bertanggung jawab memelihara tanaman?atau Bagaimana cara kita bertanggung jawab terhadap tanaman? Setiap anak dapat memberi jawaban yang berbeda. Semua pendapat anak dihargai karena itu mencerminkan pemahaman mereka. Kemudian Membangun penghayatan anak dengan melibatkan emosinya untuk menyadari pentingnya menerapkan nilai karakter (bertanggung jawab). Proses ini dibangun juga melalui pertanyaan terbuka atau melalui pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang ada di sekitar lembaga PAUD. Misalnya setelah bercerita dan berdialog tentang karakter tanggung awab terhadap tanaman, guru dapat mengajak anak berkeliling lembaga PAUD untuk bereksplorasi seputar tanaman dan mengamati perbedaan tanaman yang layu dan segar. Kemudian guru mengajukan pertanyaan, Mengapa ada tanaman yang layu dan segar?”, atau Bagaimana rasanya bila kita menjadi tanaman yang layu tersebut? atau Apa yang harus kita lakukan agar tanaman tidak layu?, Lalu Mengajak anak untuk bersama-sama melakukan nilai-nilai karakter yang diceritakan. Misalnya setelah anak bereksplorasi dan terdorong melakukan karakter tanggung jawab terhadap tanaman, maka guru memberi kesempatan kepada anak untuk melaksanakan karakter tanggung jawab terhadap tanaman sesuai keinginan dan kemampuan anak. Lalu melihat Ketercapaian tahapan perkembangan anak didik. Dalam hal ini anak diminta untuk menceritakan kegiatan dan perasaannya setelah melakukan kegiatan. Guru dapat memberikan penguatan dan pujian serta sentuhan kasih sayang terhadap apa yang direfleksikan anak, misalnya dengan mengatakan, Terimakasih, sudah bertanggung jawab untuk menyiram tanaman.”
- Kegiatan pembiasaan dilakukan melalui Kegiatan rutin lembaga PAUD, yaitu kegiatan yang dilakukan di lembaga PAUD secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan rutin lembaga PAUD seperti memberi salam saat berjumpa untuk menanamkan nilai karakter hormat dan sopan santun, bergantian menjadi ketua kelompok untuk menanamkan nilai karakter kepemimpian dan keadilan. Selanjutnya Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan secara langsung atau spontan pada saat itu juga, biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui adanya perbuatan yang tidak baik/buruk sehingga perlu dikoreksi dan pemberian apresiasi (penghargaan, pujian) terhadap nilai karakter yang diterapkan oleh anak. Misalnya, mengucapkan terimakasih, memungut sampah lalu membuang pada tempatnya, memberikan perhatian dan membantu teman. Kemudian - Keteladanan, yaitu kegiatan yang dapat ditiru dan dijadikan panutan. Dalam hal ini guru menunjukkan perilaku konsisten dalam mewujudkan nilai karakter, yang dapat diamati oleh anak dalam kegiatan sehari-hari baik berada di dalam atau di luar lembaga PAUD. Sebagai contoh guru berpakaian rapi, guru datang tepat pada waktunya, bertutur kata sopan, bersikap kasih sayang, dan jujur. Lalu ada juga Pengkondisian, yaitu situasi dan kondisi lembaga PAUD sebagai pendukung kegiatan pendidikan karakter. Misalnya dengan pemeliharaan toilet yang bersih, penyediaan bak sampah, dan kerapian alat permainan edukatif, untuk menanamkan nilai karakter seperti tanggung jawab (K4 [Kebersihan, Kesehatan, Kerapian dan Keamanan]). Dan tentu saja Budaya lembaga PAUD, mencakup suasana kehidupan di lembaga PAUD yang mencerminkan komunikasi yang efektif dan produktif yang mengarah pada perbuatan baik dan interaksi sesamanya dengan sopan dan santun, kebersamaan, dan penuh semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Selain dengan dua cara penerapan pendidikan karakter di atas juga terdapat cara lain yang dapat dilakukan guru dengan melibatkan orang tua melalui kegiatan parenting, seperti dengan menyampaikan kepada orang tua tentang nilai-nilai karakter yang sedang ditanamkan di lembaga PAUD kepada peserta didik, agar nilai-nilai tersebut juga dapat diterapkan dan dibiasakan di lingkungan keluarga. Penerapan pendidikan karakter memperhatikan juga adanya beberapa elemen pendukung antara lain berupa Buku acuan pendukung seperti buku-buku cerita bermuatan karakter, buku biografi berisi nilai karakter, dan lain-lain yang merupakan media belajar bagi penanaman pengetahuan dan perasaan tentang kebaikan. Elemen pendukung berikutnya adalah Media bercerita berupa boneka tangan, micro-play, dan alat permainan edukatif yang bisa dijadikan media pembentukan nilai karakter. Serta elemen pendukung Media belajar berupa media belajar yang tersedia di lingkungan lembaga PAUD dan dapat mendukung pendidikan karakter.
Pada dasarnya menanamkan nilai-nilai karakter sejak usia dini merupakan tanggung jawab bersama, antara orang tua, pendidik, pengasuh, masyarakat, dan pemerintah. Untuk itu kebersamaan, keselarasan, dan kemitraan dalam menanamkan nilai-nilai karakter sejak usia dini harus digalang dan dioptimalkan bersama. Bagi orangtua diharapkan kerjasama dilakukan melalui sosialisasi nilai karakter kepada orangtua agar nilai karakter yang sudah dibiasakan di lembaga PAUD juga dapat dilakukan di rumah.
Bagi masyarakat dan pemerintah diharapkan dukungan juga dapat diperoleh dengan membentuk suasana yang kondusif bagi terbentuknya karakter bagi anak usia dini. Bagi pendidik, pengasuh dan pengelola diharapkan prinsip pendidikan karakter, kriteria guru dan kriteria lembaga PAUD dapat diperhatikan agar pendidikan karakter dapat berhasil secara efektif dan efisien dalam membentuk karakter anak sejak dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar